BAB V
PENGEMBANGAN
PEMBELAJARAN SENI RUPA
Isi pembelajaran seni rupa mencangkup apresiasi seni rupa
dan mengekspresikan diri melalui kegiatan berkarya seni rupa. Guna mendukung
agar guru bisa melaksanakan pembelajaran tersebut diperlukan wawasan umum
tentang seni rupa dan bagaimana mengembangkan bahan ajarnya. Untuk itu guru
perlu memahami, antara lain: pengertian seni rupa, jenis-jenis karya seni rupa,
serta hal hal yang menyangkut analisa keindahan dan keunikan seni rupa.
Disamping itu guru perlu memahami prosedur apresiasi seni baik berkaitan dengan
apresiasi seni rupa terapan maupun apresiasi seni rupa murni agar bisa
membimbing siswa melakukan kegiatan apresiasi seni rupa.
Sedangkan
untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran berkarya seni rupa guru perlu memahami
wawasan berkarya seni rupa, antara lain: bahan, alat, unsur, dan
prinsip-prinsip seni rupa. Disamping itu guru juga perlu menguasai prosedur
berkarya seni rupa baik seni rupa terapan maupun seni rupa murni agar bisa
membimbing kegiatan berkarya seni rupa. Hasil karya seni yang dibuat tersebut
perlu ditindaklanjuti dengan kegiatan merancang dan menyajikan dalam sebuah
pameran. Oleh karena itu guru juga perlu memahami bagaimana merancang dan
melaksanakan pameran karya seni rupa.
Setelah mempelajari bab 4, anda diharapkan dapat:
1.
mengembangkan bahan ajar apresiasi dan berkarya seni
rupa;
2.
menjelaskan prosedur apresiasi dan berkarya seni rupa;
3.
melakukan kegiatan
apresiasi dan berkarya seni rupa sesuai dengan karakteristik siswa; dan
4.
merancang penyelenggaraan pameran seni rupa.
A.
Wawasan Seni Rupa
Bahan ajar pendalaman materi yang
disajikan dalam buku ini masih terbatas, untuk itu guru perlu mengembangkan
sendiri lebih lanjut. Secara garis besar
jenis bahan ajar seni rupa dapat digolongkan menjadi seni rupa terapan (karya
seni kriya dan desain) dan seni rupa murni. Masing-masing golongan seni
tersebut dapat dijabarkan berdasarkan wilayah budaya meliputi: lokal/setempat,
nusantara dan mancanegara. Berdasarkan coraknya meliputi: primitif,
tradisional, klasik, modern dan kontemporer.
1. Pengertian Seni
Rupa
Seni adalah aktivitas manusia untuk
mengungkapkan pengalaman estetis ke dalam wujud lahiriah dengan tata susunan
unsur yang indah, sehingga dapat menimbulkan pengalaman baru bagi orang lain.
Pengalaman estetik tersebut dapat disalurkan ke dalam berbagai media yang salah
satunya adalah media seni rupa. Seni rupa adalah jenis seni yang menggunakan
media atau unsur rupa (visual) atau unsur-unsur yang dapat diindera oleh mata.
Ciri lain seni rupa adalah dapat diraba, misalnya karya seni patung. Seni rupa
dikatakan berorientasi pada produk, karena itu karya seni rupa dapat dinikmati
dalam jangka waktu yang lama atau berulang-ulang.
Seni rupa dapat dibedakan dalam
berbagai klasifikasi. Berdasarkan demensinya, seni rupa dibagi menjadi karya seni
rupa dua demensi (dwi matra) dan karya seni rupa tiga demensi (tri
matra). Berdasarkan fungsinya dibedakan atas seni rupa murni (fine art)
dan seni rupa terapan (applied art). Berdasarkan corak atau alirannya,
dibedakan atas seni rupa tradisional dan seni rupa modern, atau seni rupa
representatif dan seni rupa non-representatif.
2. Jenis-Jenis Karya Seni Rupa
Jenis karya seni rupa memiliki
cakupan yang luas. Dalam buku ini akan dikaji beberapa jenis karya seni rupa
yang bisa dijadikan acuan dalam melaksanakan pembelajaran seni rupa di SMP/MTs.
a. Gambar
Gambar
adalah seni yang menggunakan medium garis sebagai unsur utamanya dan termasuk
karya seni rupa dua demensi. Gambar biasanya berfungsi sebagai media
membabarkan ide secara rasional, merekan peristiwa, hingga untuk kebutuhan
ekspresi. Berbagai peristiwa dapat kita transfer ke dalam gambar, seperti
keramaian pasar, kesibukan di terminal, suasana kebun binatang dan
sebagainya. Begitu pula benda perabot
rumah tangga, objek manusia, binatang dan sebagainya dapat direkam dalam
gambar.
Wujud
gambar dapat dihasilkan dengan menggunakan berbagai media dan teknik. Gambar
dapat dihasilkan dengan menggunakan media kertas. Alat yang bisa digunakan
meliputi: arang, pensil konte, crayon, pastel, kapur, cat air, cat poster,
tinta. Teknik menggambar bisa dengan goresan, pointilis, arsir, maupun
dioleskan. Penggunaan berbagai media dan teknik dapat menghasilkan berbagai
jenis gambar. Berikut beberapa penjelasan singkat tentang berbagai jenis
gambar.
Gambar teknik, adalah gambar yang digunakan untuk rancangan
bidang teknik, misalnya arsitektur atau permesinan. Pada gambar teknik ini
digunakan gambar proyeksi dan perspektif. Gambar proyeksi dimanfaatkan untuk
menampilkan gambar benda dari berbagai
pandangan atau tampak gambar depan, samping dan atas. Sementara gambar
perspektif digunakan untuk menampilkan kesan tiga demensi suatu benda dari suatu sudut pandang
tertentu.
Gambar ilustrasi, yaitu gambar yang digunakan untuk kepentingan
penjelasan suatu tulisan atau karangan. Gambar ilustrasi dapat menyertai suatu
cerita. Gambar ilustrasi juga dapat tampil secara dominan dan tulisan hanya
sebagai bagian yang memperjelas seperti pada komik. Gambar ilustrasi bisa
tampil secara realistik atau dengan penyimpangan. Tampil secara realistik
artinya gambar seperti kenyataan yang dapat dilihat kesesuaiannya dengan
kenyataan. Dengan penyimpangan artinya gambar ilustrasi menampilkan gambar yang
lucu tidak sesuai dengan kenyataan seperti gambar kartun. Gambar yang juga lucu
tapi mengandung makna sindiran disebut karikatur.
Gambar bentuk yaitu gambar yang menunjukkan obyek yang
realistik. Artinya gambar tersebut menampakkan seperti kenyataan, seakan-akan
wungkul, dan tampak meruang. Objek gambar bentuk dapat diambilkan dari
benda-benda alamiah dan/atau benda-benda budaya yang memiliki bentuk spesifik.
Objek benda-benda alamiah seperti: seperti gambar ember, kursi, botol, cangkir
dan sebagainya dapat disusun secara artistik untuk digambar. Benda-benda budaya
seperti: topeng, anyaman, keramik dan sebagainya. Benda-benda tersebut
dapat digolongkan ke bentuk geometrik dan non-geometrik. Untuk menghasilkan
gambar bentuk bisa dilakukan dengan cara melihat langsung benda atau dengan
cara mengangankan benda yang pernah dilihat.
Gambar Ornamen yaitu gambar yang digunakan sebagai hiasan. Biasanya terdiri dari
motif-motif garis, dan isian-isian berbentuk ragam hias. Misalnya hiasan tepi,
hiasan sudut, dan sebagainya. Gambar ornamen juga bisa digunakan untuk
mendekorasi benda. Apakah benda kecil
atau besar seperi almari, kotak perhiasan , dinding, tegel, pintu dan
sebagainya.
Gambar
Sket yaitu gambar
yang digunakan untuk merekam keadaan, atau bantuan awal untuk rancangan melukis
dan mematung. Bentuk gambar sket ini sangat sederhana karena hanya memunculkan
goresan-goresan yang mewakili obyek
dalam bentuk garis sederhana. Gambar sket yang bisa mewadahi sebagai
media untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan secara pribadi sudah dapat
dikategorikan sebagai karya seni sebagaimana lukisan. Gambar yang demikian
biasa disebut sebagai sketsa.
b. Seni Lukis
Seni lukis tergolong seni rupa dua demensi
yang unsur utamanya adalah warna. Seni lukis dapat dikatakan sebagai media
untuk mengungkapkan pengalaman batiniah seniman. Oleh karena itu hasil karya
seni lukis biasa bersifat pribadi. Media dan teknik untuk melukis antara
lain dapat menggunakan: kanvas, cat air, cat minyak, cat acrilik, pewarna
batik, kolase, grafis seni, grafis komputer dan sebagainya. Objek lukisan bisa
berupa objek alam maupun objek non-alam.
Berdasarkan objek yang dilukis dihasilkan berbagai jenis lukisan antara
lain: lukisan pemandangan alam (landscape), lukisan alam benda (still
life), lukisan potret, lukisan lingkungan hidup, binatang dan manusia,
serta lukisan abstrak. Dalam sejarah
seni lukis dikenal berbagai macam aliran, antara lain: lukisan primitifisme,
naturalisme, realisme, surealisme, klasikisme, romantisme, impresio-nisme,
kubisme, ekspresionisme, dadaisme dan sebagainya.
c. Seni Patung
Patung
adalah karya seni rupa tiga dimensi dengan unsur utamanya adalah masa atau
ruang. Media untuk membuat patung dapat
berupa: kayu, batu, tanah liat, semen
pasir, logam, fiber dan sebagainya. Patung dapat dibuat dengan menggunakan
berbagai teknik yaitu: modeling, pahat, cor dan konstruksi. Teknik modeling
disebut juga dengan teknik membutsir, membentuk atau menguli. Teknik ini biasa
menggunakan bahan yang lembek seperti tanah liat / teracota. Teknik
pahat (carving), prinsipnya pematung mengurangi bahan (substractive)
yang akan dijadikan patung. Bahan yang bisa digunakan antara lain: batu, kayu
atau gibs. Teknik cor (casting) biasanya menggunakan cetakan, prinsipnya
pematung menggunakan bahan cair pada waktu proses pembuatan, kemudian bahan
tersebut akan beku dalam waktu tertentu. Sedangkan bahan yang bisa dipakai
antara lain: logam, bahan keramik, gibs, fiber glass, maupun plastik. Sedangkan
teknik konstruksi adalah cara pembuatan patung dengan cara menyusun,
mengkonstruksi, merangkai dan membangun komponen komponen bahan yang
terpisah-pisah untuk dijadikan satu. Teknik perakitan secara khusus disebut assembling.
Teknik konstruksi yang menghasilkan patung dengan cara digantung dan bisa
bergerak disebut mobile design.
d. Seni Grafis
Seni grafis adalah karya seni rupa yang dihasilkan dengan cara
dicetak/ direproduksi. Artinya karya tersebut dapat dibuat secara berulang
menggunakan cetakan. Teknik yang lazim digunakan adalah cetak tinggi, cetak
datar, cetak dalam, cetak saring dan cetak film. Istilah tersebut dipakai
sesuai dengan prinsip pencetakannya.
Seni grafis dapat dimanfaatkan untuk membuat karya grafis terapan
seperti: cover buku, pencetakan katalog, pencetakan kemasan produk mulai produk
mainan, makanan, barang-barang industri dan sebagainya. Disamping itu juga bisa
dimanfaatkan untuk membuat karya grafis yang sifatnya murni digunakan oleh
seniman untuk mengekspresikan gagasannya.
e. Desain Grafis
Desain grafis merupakan jenis karya seni
rupa terapan yang digunakan untuk menawarkan produk, jasa atau menyampaikan
informasi kepada khalayak. Desain grafis dalam dunia perdagangan disebut
reklame. Jenis grafis reklame antara lain: poster, spanduk, baliho, kemasan,
logo, brosu, katalog, etalase dan sebagainya.
f. Seni Kerajinan dan Seni Kriya
Seni kerajinan dan seni kriya biasa
diidektikkan dengan keterampilan tangan. Namun kedua istilah tersebut sering
dipisahkan pengertiannya. Seni kerajinan merupakan produk yang berkembang
dikalangan rakyat, mengutamakan fungsi, dan diproduksi secara masal. Sementara
itu seni kriya berkembang di lingkungan istana dengan penciptanya adalah
seniman, mengutamakan estetis, dan tidak diproduksi masal. Berdasarkan bahan
yang dipakai penggolongan seni kerajinan meliputi: kayu, tanah liat, bambu,
mendong, rotan, kulit, logam dan sebagainya. Berdasarkan teknik yang digunakan,
seni kerajinan bisa digolongkan antara lain kerajinan: ukir, keramik, tenun,
anyam, batik, sulam dan sebagainya.
g. Seni Instalasi
Seni instalasi adalah fenomena penggunaan berbagai
media dalam berkarya seni. Seni instalasi juga karena diilhami dari seni
lingkungan (environmental art) yang memberi keleluasaan penikmat untuk masuk dan terlibat dalam karya
seni itu sendiri. Seni instalasi bertema kritik sosial dan lingkungan. Performance
art juga merupakan fenomena masa kini yang menggunakan berbagai media dalam
seni rupa, musik, tari, sastra dan drama. Penggunaan multi media dalam seni
rupa juga berkembang dalam desain komputer grafis.
3. Unsur-Unsur Seni Rupa
a. Garis
Garis dikatakan sebagai unsur yang paling elementer di bidang seni
rupa. Ada yang menyatakan bahwa garis
adalah hubungan dari titik titik yang berderet dan bersambungan. Garis dipakai
untuk membatasi sosok bidang, warna ataupun gambar. Garis dapat pula berdiri
sendiri sebagai garis. Garis memiliki karakter sesuai perwujudannya. Garis
lurus tebal mengesankan keras; garis lengkung mengesankan lembut; bergerigi,
bergelombang, zig zag, patah patah, mengesan-kan menyentak, nakal, menggelitik.
Garis vertikal mengesankan anggun, kokoh, dan stabil; sedangkan garis
horizontal mengesankan melebar, tenang, kedamaian, dan statis. Oleh karena itu
garis merupakan unsur penting untuk menciptakan kesan tertentu dalam gambar.
b. Raut
Raut adalah tampang, potongan atau bentuk suatu obyek. Raut dapat terbentuk
dari unsur garis yang melingkup dengan keluasan tertentu sehingga membentuk
bidang. Raut juga dapat berarti perwujudan atau perawakan dari suatu obyek,
dalam hal ini raut berarti bangun. Dalam pengertian yang lain raut sering
dipahami sebagai bidang atau bentuk. Jika bidang adalah permukaan yang memiliki
luas dan berarti pipih atau datar, Bentuk dianggap perawakan atau
perwujudan yang menggumpal
bervolume atau memiliki massa.
c. Warna
Warna merupakan unsur rupa yang paling
langsung segera menyentuh perasaan. Dengan warna karya seni rupa yang
ditampilkan menjadi menarik dan menyenangkan. Warna bisa merangsang indera mata
dan mempengaruhi kejiwaan. Oleh karena lukisan berwarna bisa mempengaruhi
pengamat, atau warna bisa memberikan pengaruh jiwa pelukisnya sehingga memiliki
ciri khas tersendiri.
Warna dibagi dalam beberapa jenis
yaitu warna primer, sekundair dan tersier. Warna primer atau warna pokok adalah
warna yang tidak dihasilkan dari percampuran warna, yaitu warna biru, merah,
dan kuning. Warna sekundair adalah warna
yang dihasilkan dari percampuran antara kedua warna primer, yaitu campuran warna merah dan kuning
menghasilkan warna oranye atau jingga; campuran warna merah dan biru
menghasilkan warna ungu atau violet; dan campuran warna kuning dengan biru
mengahsilkan warna hijau. Sedangkan warna tersier adalah warna yang dihasilkan
dari percampuran ketiga warna primer.
Contohnya warna coklat dihasilkan dari percampuran antara merah, biru,
dan kuning. Putih dan hitan dalam kajian teori warna cahaya tidak digolongkan
ke dalam warna karena hanya sebagai akibat terang dan gelapnya cahaya.
Sedangkan pada warna pigmen ada warna hitam dan putih yang juga bias dicampur
dengan berbagai warna yanga lain.
d. Tekstur
Tekstur adalah sifat atau kualitas suatu permukaan obyek atau benda. Penampakan tesktur itu dapat dilihat maupun
diraba dan dirasakan dengan alat peraba. Sifat tekstur dapat halus, licin ,
kasar, maupun berkerut. Diberbagai jenis karya seni rupa tekstur mengambil
peran penting sebagai penentu dan pembeda raut. Raut yang sama akan berbeda kualitasnya jika yang satu licin halus yang lainnya
kasar. Tekstur juga dibedakan atas
tekstur visual dan taktil, semu dan nyata. Pemanfaatan tekstur pada seni patung
akan memunculkan kualitas karya yang berbeda beda. Ada patung dari kayu dengan
tekstur yang halus dan licin. Ada patung dari semen pasir dengan tekstur yang
kasar dan bergerigi. Tekstur kayu akan berbeda dengan logam, demikian juga
tekstur batu akan berbeda dengan gibs dan sebagainya.
e. Ruang
Ruang adalah unsur yang menyatakan kesan kedalaman. Kesan ruang dapat
dinyatakan secara nyata seperti dalam seni patung atau sebatas ilusi/maya seperti dalam seni lukis dimana
penampilan gambar memberikan kesan ruang dengan penguasaan perspektif garis
atau warna. Di bidang seni rupa, ruang adalah unsur yang menunjukkan kesan
keleluasaan, kedalaman, cekungan, jauh atau dekat. Dua bidang yang sama jenis,
misalnya lingkaran, akan memberikan kesan yang berbeda jika ukuran kedua lingkaran
tersebut berbeda. Yang besar akan memberi kesan luas yang kecil akan memberi
kesan sempit. Jika berimpit akan memberi kesan dekat dan jika diatur berjarak
akan memberi kesan jauh. Dengan gambar perspektif akan ditemukan cara cara
untuk menampilkan jauh dan dekat. Kesan jauh dan dekat juga dapat ditimbulkan
dengan menggunakan perspektif warna. Ruang juga bisa diciptakan dengan
menggunakan bayang-bayang dan gelap terang. Penggunaan bayang-bayang akan
membuat kesan modulasi , artinya obyek akan kelihatan ungkul berkesan 3
demensi.
f. Gelap terang
Gelap terang adalah unsur rupa yang berkenaan dengan cahaya, baik secara
nyata seperti dalam seni patung atau
ilusi/maya seperti dalam seni lukis dimana penampilan gambar memberikan
kesan ruang. Dalam gambar kesan gelap terang diciptakan dengan teknik arsir,
sementara dalam seni lukis dapat diciptakan dengan penggunaan gradasi warna.
Bidang yang gelap berarti tidak kena cahaya dan bagian yang terang berarti kena
cahaya. Kualitas goresan pensil yang keras kuat dan tebal pada kertas akan
memberi kesan gelap. Sementara goresan yang ringan akan memberi kesan lebih
terang. Dalam seni lukis gelap terang juga dihasilkan dari penggunaan warna
yang berbeda. Sebaliknya pada seni patung gelap terang lebih disebabkan oleh permainan
raut dan ruang sehingga menampilkan kesan gelap terang.
4. Prinsip-Prinsip Seni Rupa
a. Kesatuan
Kesatuan (unity) adalah kesan yang
timbul dari unsur-unsur seni rupa yang terpadu menjadi satu bentuk dan
menghasilkan suatu ungkapan. Kesatuan merupakan integritas jalinan unsur yang
menjadi kebulatan konsep/gagasan. Karya lukis misalnya merupakan tatanan
unsur-unsur yang sudah diolah oleh pencipta dengan cara diselaraskan,
diseimbangkan, disebandingkan dan sebagainya. Jadi sebenarnya kesatuan akan terjadi
jika ada keselarasan, keseimbangan, proporsi maupun ritme.
b. Keseimbangan
Keseimbangan (balance) memiliki
peranan penting dalam seni. Keseimbangan dapat dicapai dengan mengatur letak
unsur-unsur hingga terasa tidak berat sebelah antara bagian yang satu dengan
bagian yang lain. Dalam karya seni tiga demensi merupakan keseimbangan nyata
karena susunan bentuknya, garisnya, tekstur ataupun warnanya. Sementara itu
dalam karya seni dua demensi merupakan keseimbangan semu. Prinsip keseimbangan
berkenanaan dengan kualitas bobot atau kesan berat ringannya suatu karya. Keseimbangan dapat dibagi atas dua jenis,
yaitu: keseimbangan formal atau simetris dan keseimbangan non-formal
/asimetris/radial/memencar. Keseimbangan simetris yaitu keseim-bangan yang
diperoleh karena bagian-bagiannya selalu sama. Keseimbangan simetris bersifat
statis. Sedangkan keseimbangan asimetris yaitu keseimbangan karena antara
bagian-bagiannya tidak sama tetapi tetap seimbang. Keseimbangan ini lebih unik,
menarik, dan banyak memberikan banyak variasi. Keseimbangan asimetris lebih
bersifat dinamis.
c. Ritme atau Irama
Dalam seni rupa irama tidak bisa dipegang
atau diraba, tetapi dapat dirasakan. Irama terbentuk karena pengulangan (repetition)
dan gerakan (movement). Pengulangan bisa dibuat melalui warna atau nada,
bidang atau bentuk, garis dan tekstur. Terdapat tiga kemungkinan terciptanya
irama, yaitu: (1) karena pengulangan unsur; (2) karena perbedaan ukuran, dan
(3) karena perbedaan jarak. Irama pertama memberikan kesan monoton, irama ke
dua dan ke tiga memberikan kesan gerak bervariasi atau dinamis.
d. Penekanan/Aksen
Prinsip
penekanan disebut juga dengan prinsip dominasi yaitu upaya penampilan pada
bagian tertentu dari karya seni rupa yang menarik perhatian (aksen) dengan cara
mengatur posisi, perbedaan ukuran, perbedaan warna atau unsur lain, dan
pengaturan arah unsur.
e. Proporsi
Proporsi atau ukuran perbandingan adalah
upaya pengaturan yang berkenaan dengan ukuran antara bagian yang satu dengan
lainn dalam bentuk yang serasi. Besar kecil, luas sempit, panjang pendek atau
tinggi rendah adalah persoalan proporsi. Misalnya perbandingan objek benda itu
sendiri, perbandingan antar objek atau
bagian, perbandingan dengan bidang gambar, dan perbandingan objek patung dengan
pedestal.
f. Keselarasan/Harmoni
Harmoni adalah unsur-unsur seni yang
senada atau kombinasi bagian-bagian yang serasi. Sesuatu yang selaras, harmonis
dan serasi timbul karena kesamaan, kesatuan, dan tidak ada pertentangan.
Demikian pula pada karya seni rupa, prinsip keselarasan ini dapat dibuat dengan menata unsur yang mungkin
sama, sesuai atau tidak ada yang berbeda secara menyolok. Bidang lingkaran akan
lebih selaras jika dipadukan dengan garis lengkung daripada lingkaran dipadukan
dengan garis lurus. Warna yang tidak berbeda secara menyolok dengan gradasi
warna pastel atau warna-warna senada akan selaras jika saling dipadukan dari
pada warna-warna yang sangat kontras kadang membuat mata jadi sakit.
B. Apresiasi Seni Rupa
Pembelajaran
apresiasi seni khususnya seni rupa bertujuan untuk mengembangkan kesadaran,
pemahaman, dan penghargaan terhadap karya seni rupa. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran
apresiasi seni rupa dapat dikembangkan berdasarkan kompetensi dasar, yaitu: (1)
kelas 1 meliputi: mengidentifikasi jenis karya seni rupa terapan daerah
setempat, menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan
gagasan dan teknik karya seni rupa terapan daerah setempat, dan menunjukkan sikap apresiatif
terhadap keunikan gagasan dan teknik karya seni rupa terapan daerah setempat;
(2) kelas 2 meliputi: mengidentifikasi jenis karya seni rupa terapan nusantara
dan menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik dalam
karya seni rupa terapan nusantara; dan (3) kelas 3 meliputi: mengidentifikasi
seni rupa murni yang diciptakan di daerah setempat, menampilkan sikap
apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik seni rupa murni daerah
setempat, mengidentifikasi karya seni rupa murni yang diciptakan di Indonesia,
dan menampilkan sikap apresiatif terhadap
keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa murni Indonesia.
Contoh kompetensi
dasar untuk kelas VII semester I adalah (1) mengidentifikasi jenis karya seni rupa terapan daerah setempat
dan (2) menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan
teknik karya seni rupa terapan daerah setempat. Guru Seni Budaya dapat mengembangkan pembelajaran apresiasi tersebut
berdasarkan seni rupa yang ada di daerahnya masing-masing. Misalnya di daerah
Malang ada kerajinan topeng, gerabah, anyam dan sebagainya. Pengembangan
pembelajaran topeng Malang sebagai contoh, guru perlu mempersiapkan bahan dan
media untuk mendukung pencapaian kompetensi dasar tersebut. Pelaksanaan
pembelajaran dapat dilakukan mulai dari kegiatan pengamatan topeng,
identifikasi atau deskripsi topeng, analisis topeng hingga sampai pada
penafsiran kesan/makna topeng. Guru
bisa mengembangkan sendiri format-format apresiasi seni. Contoh sederhana
adalah dengan membuat identifikasi nama topeng, fungsi dan asalnya.
Contoh tabel Identifikasi
karya seni topeng
Kelompok :
........................................
Anggota :
........................................
No
|
Gambar Topeng
|
Hasil Identifikasi
|
Penjelasan Asal Daerah
|
|
Nama
|
Fungsi
|
|||
01.
|
Kebo-keboan
Topeng kerbau
|
Untuk upacara
adat
|
Asalnya dari
Banyuwangi
|
|
02.
|
Topeng
Panji Gunung Sari
|
Untuk seni
pertunjukan
|
Asal dari
Jogjakarta
|
Pengembangan untuk siswa
berlatih mengidentifikasi nama
topeng, fungsi dan asal topeng pada tabel berikut ini.
Tabel Identifikasi
karya seni topeng
Kelompok :
.................................................
Anggota :
.................................................
No
|
Gambar Topeng
|
Hasil Identifikasi
|
Penjelasan
Asal Daerah
|
|
Nama
|
Fungsi
|
|||
01.
|
||||
02.
|
||||
03.
|
||||
04.
|
dst
|
Kegiatan
identifikasi bisa dilanjutkan dengan menampilkan sikap apresiatif. Berikut
contoh bagaimana menampilkan sikap apresiatif dengan cara mengisi kolom tentang
analisis bentuk, karakter, hingga penafsiran kesan/makna.
Tabel
Identifikasi bentuk dan karakteristik karya seni topeng
Kelompok :
.......................................................................................
Anggota : .......................................................................................
No
|
Gambar Topeng
|
Hasil Identifikasi
|
Penjelasan kesan/makna
|
|
Bentuk dasar
|
karakter
|
|||
01.
|
lucu
|
Topeng
berbentuk sebagian dan menyatu dengan
bentuk bibir pemakai, membuat kesan lucu
|
||
02.
|
Meng-
gelikan
|
Bentuk topeng
oval. Dengan mata bulat agak keluar, bibir agak terbuka tebal dengan gigi
memberi kesan menggelikan
|
Cobalah sekarang
berlatih menafsirkan bentuk
topeng, karakter dan kesan topeng pada tabel berikut ini.
Tabel
menafsirkan bentuk, karakteristik dan
kesan/makna topeng.
Kelompok :
.......................................................................................
Anggota : .......................................................................................
No
|
Gambar Topeng
|
Hasil Identifikasi
|
Penjelasan kesan/makna
|
|
Bentuk dasar
|
karakter
|
|||
01.
|
||||
02.
|
||||
03.
|
||||
04.
|
Kegiatan apresiasi pada level
yang lebih tinggi bisa dilanjutkan dengan analisis bentuk ornamen , warna,
hingga makna/simbol bentuk dan warna topeng tersebut. Hal ini disesuaikan
dengan kedalaman atau keluasan bahan ajar yang perlu disajikan kepada siswa sesuai
tingkat kelas.
C. Berkarya Seni Rupa
Guru Seni Budaya perlu menguasai kompetensi berkarya seni
rupa yang dalam kurikulum minimal ada 4 aspek, yaitu: menggambar bentuk,
merancang seni kriya, menciptakan karya seni rupa dan memamer-kan hasil karya seni
rupa.
Prosedur berkarya seni rupa dapat
dikembangkan dengan melihat kompetensi yang ada, misalnya di SMP dapat
digambarkan sebagai berikut: (1) kelas VII
smt 1 meliputi: menggambar bentuk dengan objek karya seni rupa terapan
tiga dimensi dari daerah setempat, merancang karya seni kriya dengan
memanfaatkan teknik dan corak daerah setempat, membuat karya seni kriya dengan
memanfaatkan teknik dan corak daerah setempat; (2) kelas VII smt 2 meliputi:
menggambar bentuk dengan objek karya seni rupa terapan tiga dimensi dari daerah
setempat, membuat karya seni kriya dengan teknik dan corak daerah setempat,
menyiapkan karya seni rupa hasil buatan sendiri untuk pameran kelas atau
sekolah, dan menata karya seni rupa hasil buatan sendiri dalam bentuk pameran
kelas atau sekolah; (3) kelas VIII smt 1 meliputi: merancang karya seni kriya
tekstil dengan teknik dan corak seni
rupa terapan Nusantara, membuat karya seni kriya tekstil dengan teknik dan
corak seni rupa terapan Nusantara, dan mengekspresikan diri melalui karya seni lukis/gambar; (4) kelas VIII smt 2
meliputi: membuat karya seni kriya
tekstil dengan teknik dan corak seni
rupa terapan Nusantara, mengekspresikan diri melalui karya seni grafis,
menyiapkan karya seni rupa hasil karya sendiri untuk pameran kelas atau
sekolah, menata karya seni rupa hasil karya sendiri dalam bentuk pameran kelas
atau sekolah; (5) kelas IX smt 1 meliputi: memilih unsur seni rupa Nusantara
untuk dikembangkan menjadi karya seni murni, mengekspresikan diri melalui karya
seni rupa murni yang dikembangkan dari unsur seni rupa Nusantara; (6) kelas IX
smt 2 meliputi: mengekspresikan diri
melalui karya seni rupa murni yang dikembangkan dari beragam unsur seni rupa
Nusantara dan mancanegara di luar Asia, menyiapkan karya seni rupa yang diciptakan
untuk pameran di sekolah atau di luar sekolah, dan menata karya seni rupa yang
diciptakan dalam bentuk pameran di sekolah atau di luar sekolah. Berikut contoh
pengembangan pembelajaran kelas VII semerter 1, yaitu: menggambar bentuk dengan
objek karya seni rupa terapan tiga dimensi dari daerah setempat; merancang
karya seni kriya dengan memanfaatkan teknik dan corak daerah setempat.
1. Menggambar Bentuk Topeng
Topeng memang
agak sulit digambarkan karena banyak variasi-nya. Upaya mewujudkan gambar sebuah topeng sama dengan
menggambar bentuk dengan model topeng. Sebagai gambar bentuk, maka hal yang
paling mendasar adalah memindahkan obyek (dalam hal ini topeng) ke dalam bidang
gambar secara tepat. Dengan demikian diperlukan ketajaman dan ketelitian pengamatan
untuk mencapai detil bentuk obyek, termasuk didalamnya proporsi gelap terang
(pencahaya-an), modulasi, ketepatan/ kemiripan,
bentuk, warna, dengan memperhati-kan perspektif, gelap terang, dan
bayang-bayang.
Langkah-langkah
menggambar bentuk topeng dapat dilakukan sebagai berikut:
(a)
membuat bentuk global topeng misalnya: bulat, bulat telur atau tak beraturan dan
sebagainya;
(b)
membagi bidang topeng menjadi 3
bagian;
(c) menentukan posisi
mata, hidung, mulut dan juga hiasan-hiasan yang ada;
(d)
membuat detil bentuk masing-masing
bagian wajah;
(e)
membuat gelap-terang dengan
menggunakan berbagai teknik arsiran.
Berikut salah contoh langkah-langkah menggambar
bentuk topeng. Mulailah dengan sket
dan kemudian teruskan dengan memberi arsiran.
Topeng Dewi Ragil
Kuning Sket Topeng Dewi
Ragil Kuning
Bentuk Topeng Dewi Ragil Kuning
Untuk
melatih keterampilan siswa diminta memilih topeng sendiri kemudian membuat
gambar bentuk sesuai dengan langkah-langkah tersebut.
2. Mendesain Bentuk Topeng
Untuk mendesain topeng perlu memperhatikan
faktor faktor yang harus memenuhi prinsip seni terapan, yaitu:
a. Faktor Estetis (mempunyai nilai indah)
Karya
seni kriya dikatakan indah apabila letak dan susunan (kompo-sisi)
unsur seninya tepat, baik bentuk maupun letaknya sehingga tampak serasi
atau harmonis. Disamping itu
harus ada unsur kelembutan, kehalusan, kerapian, dan kerajinan.
b. Faktor Artistik
Suatu karya seni dikatakan
mempunyai nilai artistik bila karya tersebut mempunyai nilai yang memenuhi unsur seni, prinsip seni, dan fungsi seni.
c. Faktor
kegunaan (applied)
Faktor kegunaan merupakan yang
terpenting bagi seni kriya (seni rupa terapan). Dalam hal ini perlu
dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
1) Keluwesan (flexibility) terdapat pada
hubungan yang serasi antara bentuk-bentuk benda dengan nilai gunanya, misalnya
kerajinan topi yang enak dipakai dan indah dipandang.
2) Keamanan (security)
Benda seni kriya harus dapat menimbulkan
rasa aman bagi pemakai atau pengunanya.
3) Kenyamanan (comfort)
Setiap benda kriya sebaiknya membuat
nyaman dan senang pemakai atau penggunanya.
d.
Faktor Tempat
Karya kriya (kerajinan) yang
diciptakan harus mempertimbangkan segi empat yang digunakan untuk meletakkan benda
kriya tersebut.
e. Faktor Rasa Bahan (karateristik bahan)
Faktor rasa bahan adalah sifat
dari suatu bahan,misalnya,sifat tanah liat, plastisin yang plastis, logam yang
bersifat keras, kayu yang lunak dan keras,dan rotan yang bersifat lentur.
f. Faktor
Selera
Karya seni kriya hendaknya
dapat memenuhi selera atau permintaan pasar atau pemakai, karena memiliki
tujuan komersil.
Berikut adalah salah satu contoh
langkah-langkah merancang topeng dalam bentuk sket.
Gambar sket rancangan Topeng
D. Ringkasan
1. Ciri-ciri
seni rupa adalah jenis seni yang menggunakan media rupa (visual), berorientasi
pada produk, dan dapat dinikmati dalam jangka waktu yang lama atau
berulang-ulang.
2. Jenis-jenis
seni rupa antara lain meliputi: gambar, seni lukis, seni patung, seni grafis.
desain grafis, seni kerajinan/kriya, dan seni instalasi.
3. Unsur
seni rupa meliputi: garis, raut, warna, tekstur, ruang, dan gelap terang.
Sedangkan prinsip seni rupa meliputi: kesatuan, keseimbangan, ritme, proporsi,
aksen, dan proporsi.
4. Prosedur
apresiasi seni rupa meliputi: mengidentifikasi, menganalisis, dan menafsirkan.
5. Prosedur
berkarya seni berkarya seni murni dan berkarya seni terapan.
E. Latihan
1.
Secara berkelompok (4
- 5 orang) lakukanlah kegiatan diskusi untuk menghasilkan pemetaan kerangka isi
bahan ajar kompetansi dasar apresiasi seni rupa untuk satu semester. Kemudian
kembangkanlah salah satu sub materi secara lebih rinci dengan mengkaji buku ini
dan sumber lain.
2.
Berdasarkan hasil
pengembangan sub materi latihan 1, buatlah bagan prosedur apresiasi dan
berkarya rupa untuk siswa sekolah menengah serta model-model format
observasinya.
3. Tempelkan
beberapa hasil karya seni (misalnya: gerabah), kemudian lakukanlah kegiatan
apresiasi sesuai prosedur. Selanjutnya lakukan berkarya seni (misalnya
mendesain gerabah).
4. Secara berkelompok (4 - 5 orang) buatlah rancangan pameran hasil karya seni rupa
(berdasarkan pengalaman atau sumber pustaka yang pernah dipelajari).